Sabtu, 18 Maret 2017

Pentingnya Kerjasama dalam Kehidupan

Pentingnya Kerjasama dalam Kehidupan 




Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan bantuan dari orang lain, manusia tidak bisa hidup  sendirian karena asalnya memang manusia itu saling bergantungan satu sama lain. Kerena itu dalam kehidupan sangat penting untuk membangun kerjasama yang baik. Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan antar sesama manusia untuk mencapai tujuan bersama, dengan kerjasama seseorang akan lebih mudah untuk menyelesaikan sesuatu karena kita memiliki patner atau rekan untuk bertukar pikiran bagaimana sesuatu yang kita kerjakan itu dapat berjalan dan terselesaikan dengan cepat dan dengan hasil yang maksimal. Di dalam kerjasama terdapat nilai-nilai yang sosial yaitu: 


1.Menghargai pendapat orang lain Di dalam kerjasama sangat penting untuk  mendengar masukan dari rekan kerja kita, dengan masukan-masukan itu kita dapat memperbaiki atau menambah apa yang kiranya perlu diperbaiki, sehinnga kita akan lebih capat dalam mengerjakan pekerjaan. Karena penting bagi kita untuk mendangarkan pendapat orang lain karena itulah gunanya kerjasama, yaitu saling bertukar pikiran antar patner atau rekan. 




2.Tanggungjawab Di dalam melakukan sesuatu antar rekan memiliki tanggungjawab kepada pekerjaan dan rekannya yang lain untuk memberi konstribusi dalam menyelesaikan pekerjaannya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu. Seseorang tidak akan membiarkan rekannya bekerja sandiri, mereka akan merasa bertanggungjawab untuk mengerjakan pekerjaan itu karena mereka adalah tim, tidak ada tim yang melakukan pekerjaan tanpa ada kerjasama antar rekan yang satu dengan rekan yang lainnya, itulah bentuk tanggungjawab mereka di dalam tim.




 3.Kebersamaan Orang yang bekerjasama akan merasa dirinya memiliki rasa kebersamaan, tidak akan memutuskan sesuatu dengan sepihak karena mereka sadar bahwa mereka adalah tim, sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan itu adalah keputusan bersama, tidak ada rasa mendominasi karena dalam tim semuanya sama, sehingga tidak akan terjadi saling menyalahkan apabila pekerjaannya itu tidak dapat diterima atau tidak memenuhi hasil yang diinginkan.




 4.Kepedulian Kerjasama akan menumbuhkan sikap peduli untuk membantu rekannya yang mengalami kesusahan dalam mengerjakan pekerjaannya, peduli antar sesame yang sedang mengalami kesusahan. Kerjasama yang baik akan menghasilkan hasil yang baik, seseorang didunia ini tidak bisa hidup sendiri, karena pada hakikatnya manusia itu saling membutuhkan. Kerjasama yang baik adalah kerjasama yang mengutamakan komunikasi yang baik antar tim, komunikasi yang baik ini menjadi faktor utama karena di dalam kerjasama dibutuhkan shering pendapat atau pertukaran pendapat antar tim. Ingat didalam hidup ini ada waktu kita tersesat dan membutuhkan seseorang untuk membantu kita, karena itu kita sebagai  manusia hendaklah bersikap saling menghargai antar sesama sehingga jika kita membutuhkan sesuatu seseorang akan senang hati akan membantu kita.

Apakah orang pintar saja bisa sukses seorang yang nakal pun bisa lebih sukses jika ada kemauan untuk berubah


Siapa Bilang Anak Nakal Tidak Bisa Sukses? Justru Potensi untuk Menjadi Orang Sukses Lebih Besar Daripada Anak Pintar, Kok Bisa Begitu? Inilah Alasannya







Anak nakal di sekolah seringkali meresahkan para guru dan juga teman-temannya di kelas, mungkin saja karena ulah atau tingkah lakunya. Tetapi dibalik sifat anak nakal, bukan berarti itu akan menentukan masa depannya kelak. Biasanya anak nakal, bisa menjadi orang yang sukses daripada anak yang kutu buku. 


Kesuksesan seseorang itu sudah menjadi takdir, tetapi rata rata anak nakal bisa menjadi anak yang sukses. Kenapa ya anak nakal bisa menjadi orang sukses? Apakah alasannya? Disini saya akan memberi bocoran kenapa anak nakal bisa menjadi orang sukses.

1. Solidaritas atau partner


Dalam bekerja kita membutuhkan partner atau rekan kerja, maka dari itu kita harus menumbuhkan solidaritas yang tinggi terhadap teman. Tapi apa hubungannya dengan kesuksesan anak nakal? Tentu saja berhubungan, karena anak nakal tentu saja terkenal dengan kenakalannya. Karena suka membuat ulah dan tenar, anak nakal banyak sekali teman ataupun orang yang ia kenal. 

Nah, saat memasuki dunia kerja ia akan saling berhubungan dengan orang lain, bisa saja ia mendapatkan info pekerjaan dari temannya yang segudang itu? Sementara anak yang kutu buku alias pintar biasanya menghabiskan waktu di sekolah hanya berkunjung di perpustakaan, dan memiliki sedikit teman, karena sulitnya bersosialisasi maka ia akan kesulitan saat berbisnis.

2. Bersikap Berani


Biasanya anak yang tergolong nakal, selalu bersikap berani dan tak pernah mengenal rasa takut. Bahkan saat dihukum guru, anak nakal biasanya tidak marah malah senyum senyum dan mengejek gurunya. Mendapat nilai yang jelek tidak khawatir, dan saat mengetahui nilai temannya yang sama jeleknya malah tertawa dan tos. Dalam kehidupan bisnis, gagal dan sukses adalah sebuah pilihan. Anak nakal saat mengalami kegagalan cenderung mengulangi sesuatu yang dilakukannya sampai berhasil hingga sukses.

3. Bisa Bertahan


Dalam situasi apapun si anak nakal mampu bertahan daripada anak pintar. Misalkan saat ulangan si nakal dan si pintar mendapati soal yang sama, sementara anak nakal tidak belajar sama sekali dan anak pintar sudah belajar. Pati anak nakal akan mencari segala cara agar mendapatkan nilai yang bagus yaitu dengan cara mencontek. 

Tapi bagaimana dengan anak pintar jika ia tidak belajar? Pasti akan menangis dalam hati karena tidak bisa mengerjakan ulangan. Nah, sama halnya dengan berbisnis anak nakal akan mampu bertahan dalam kondisi apapun agar bisnis yang dijalaninya berhasil dan sukses.

Kesimpulan dari semua ini bukan berarti saya mengajarkan agar kamu menjadi anak yang nakal supaya menjadi berhasil. Tetapi ambil hikmah dan sisi positifnya saja ya agar kamu menjadi orang yang sukses dan berhasil di masa depan, semoga bermanfaat

puisi orangtua


Ayah…
Dari dirimu aku mengerti arti sesungguhnya cinta.
Ayah…
Kau adalah laki-laki yang selalu membimbing ku.

Ayah…

Aku tahu ketegasanmu itu adalah bentuk cinta abadimu terhadap anakmu ini.

I love you pa. I miss you
Ibu…

Kau adalah perempuan yang kuat karena kau mengandung ku selama 9bulan.

Ibu…
Kau adalah perempuan yang selalu sabar menghadapi kenakalan anakmu ini.

Ibu…
Aku tau kau sering memarahiku, tapi dilubuk hatimu yang paling dalam kau sangat menyayangiku.

Ayah ibu kalian adalah segala-galanya bagiku. Kalian adalah penyemangat ku. Kalian adalah pasangan yang paling ku kagumi. Tanpa kalian apa jadinya aku sekarang ini.
I love you much Mah Pah.



Rikasan Sejarah Nabi Muhammad Saw dari Lahir Hingga Wafat

Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad Saw dari Lahir Hingga Wafat

Satu-satunya rasul Allah yang diutus untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad saw. Karena itu ajarannya sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan, namun juga urusan-urusan duniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, mulai dari masalah makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak orang yang buta terhadap pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka terhalang untuk melihat dan merasakan kebenaran yang dibawanya.
Kelahiran Muhamad SAW
Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah dalam keadaan yatim.
Penamaan tahun Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke kota Makkah, mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil panas (lihat QS Al-Fil: 1-5).
Kelahiran Nabi Muhammad Saw bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.  Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.
  • Masa Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun. Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.
Masa Kanak-kanak Rosullallah
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.
Sejumlah hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup dibawah asuhannya. Halimah menyayangi baginda rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh kasih saying dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW Kepada keluarga beliau.
Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah? ibunda beliau terharu tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu nabi.
Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknyapun yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggung jawab pamannya abi thalib.
PadaUsia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurannya, nabi memelihara kambing di mekkah dan mengembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan pengembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.
  • Masa Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.
Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Ka’bah.
Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka
Pernikahan Nabi Muhammad Saw
Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari hasil usahanya  . Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad saw menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya berusia 40 tahun. Pernikahan ini diawali dengan lamaran Khadijah kepada Muhammad saw setelah melihat dan mendengar kelebihan-kelebihan dan akhlaknya.
Isteri-isteri Rasulullah Muhammad Saw
Adapun Isteri-isteri Muhammad SAW berjumlah 11 Orang, Yaitu :
  1. Khadijah binti Khuwailid
  2. Saudah binti Jam’ah
  3. Aisyah Binti Abu Bakar ra
  4. Hafshah binti Umar ra
  5. Hindun Ummu Salamah binti Abu Umayyah
  6. Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
  7. Zainab binti jahsyin
  8. Zainab binti Khuzaimah
  9. Maimunah binti Al-Harts Al-Haliyah
  10. Juwairiyah binti Al-Haarits
  11. Sofiyah binti Huyay
Nabi Muhammad menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka semua beliau nikahi dalam keadaan janda, kecuali Aisyah ra.
Jika dilihat dari faktor tiap pernikahan beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat dengan dakwah dan ajaran Islam yang dibawanya.
Dari 11 isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan isteri Nabi yang 9 orang masih hidup saat Nabi SAW Wafat. Istri Nabi SAW yang tersebut disebut dengan Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong penyebaran agama islam di kalangan kaum ibu.
Nabi Muhammad SAW mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
  1. Qasim
  2. Abdullah
  3. Zainab
  4. Fatimah
  5. Ummu Kalsum
  6. Rukayyah
  7. Ibrahim
Ibu anak-anak Nabi SAW itu semuanya dari isteri nabi Khadijah, kecuali Ibrahim, yang ibu mariyatul qibtiyyah ( seorang hamba perempuan yang dihadiahkan oleh seorang pembesar mesir kepada Nabi SAW, anak-anak Nabi SAW tersebut Wafat pada saat Nabi SAW masih hidup, kecuali Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah Nabi SAW wafat.
Diriwayatkan tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.
Kerasulan Muhammad SAW
  • Awal Kerasulan
 Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di Utara Mekah..
Di  gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama Hira, dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram oleh sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah seorang malaikat telah mencengkeram beliau dalam pelukan yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan napas darinya. Ketika beliau berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat melakukan ini beliau bukan penyair terdidik, bukan peramal, bukan penyair dengan seribu kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir beliau. Ketika itu beliau protes bahwa beliau adalah buta huruf, malaikat itu merangkulnya lagi dengan kekuatan yang begitu rupa, hingga turunlah ayat yang pertama yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
  1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
  2. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
  3. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,
  4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan turunnya wahyu yang pertama itu, berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang menandai masa awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah).
Ketika hati Muhammad SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang menghimpit, dia pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya. Saat itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi :
  “Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!!
Dan seterusnya, yaitu surat al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang telah, dan kemudian turun sepanjang hidup Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang berbeda-beda. Tapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah turun dalam satu suara.
Pengetahuan Kerasulan
 Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada kalian dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.
Pada permulaan dakwah ini orang yang pertama-tama merima dakwah nabi yaitu dengan masuk Islam adalah, dari pihak laki-laki dewasa adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dari pihak perempuan adalah isteri nabi SAW yaitu Khadijah, dan dari pihak anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib ra.
Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapat halangan dari pihak kafir quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian.

Usaha orang-orang Quraisy  untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk  Negus (Raja) agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi Islam semakin kuat. Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang mendalam yaitu wafat nya seorang paman yaitu Abu Thalib sebagai pelindung dan isteri tercinta yang setia menemani hari-hari beliau yaitu Khadijah binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul SAW dengan terjadinya Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan pada suatu malam ketika Nabi SAW ada di Masjidil Haram di Mekkah, datanglah Jibril as. Dan beserta malaikat yang lain, lalu dibawanya dengan mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsa di negeri Syam, kemudian Nabi SAW dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda kebesaran dan kekayaan Allah SWT, pada malam itu juga Nabi SAW kembali kenegeri Mekkah. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi SAW dari Masjidil Aqso ke langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5 kali dalam sehari.
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah.
Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang.
Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj menemui Muhammad SAW untuk masuk Islam, dan mengharapkan agar ajaran Islam dapat mendamaikan permusauhan suku ‘Aus dan Khazraj. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang Khazraj dan dua orang ‘Aus  serta seorang wanita menemui Muhammad SAW di tempat bernama Aqabah
Mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Pertama”. Ketiga, pada musim haji berikutnya, jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Muhammad SAW dan Muslimin Makkah agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membelanya dari segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Kedua”.
Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib menyusul nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia
Kejadian itu disebut dengan  “hijrah” bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”, tetapi merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama selama sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun qamariyah
  • Akhir Masa Kerosulan
Pembentukan Negra Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW resmi sebagai pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala pemerintahan, mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan berperang dangan dua alasan: (1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan (2) menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal pemerintahannya, mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun itu disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan antara suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.
Nama dan Gelar Nabi Muhammad Saw
Di dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad SAW, antara lain :
– Ahmad
– Al-Mahi
– Al-Hasyir
– Al-‘Aqib
– Muqaffi
– Nabiyyuttaubah
– Nabiyyurrahmah.
Pengertian nama-nama nabi Muhammad Saw :
  • Ahmad : yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah.
  • Al-Mahi ( pengikis/penghapus) : karena Allah mengikis kekufuran dengan mengutusnya,
  • Al-Hasyir (penghimpun) : sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di hadapan beliau, ada yang mengatakan di bawah perintah beliau.
  • Al-‘Aqib (penutup) : karena beliaulah nabi dan rasul penutup.
  • Muqaffi (yang mengikuti) : maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para nabi.
  • Nabiyyuttaubah (nabi taubat) : meski beliau sudah ma’shum dalam artian bersih dari dosa, namun beliau banyak bertaubat. Dalam satu riwayat beliau bertaubat hingga 70 kali sehari, dan dalam riwayat lain hingga 100 kali.
  • Nabiyyurrahmah (nabi ramhat) : beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih hatta dalam peperangan pun, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam.
Nama-nama tersebut berdasarkan penuturan beliau sendiri. Dan kita tahu bahwa setiap sabda beliau adalah berdasarkan wahyu. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang memberi nama/gelar tersebut adalah Allah Swt.
Nasab Nabi Muhammad Saw
Di dalam buku Shahih Bukhari bab Mab’ats an-Nabiyyi saw, Imam Bukhari merincikan silsilah nasab Nabi Muhammad saw sebagai berikut: Muhammad saw bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin Adnan.
Imam Bukhari menambahkan di dalam Kitab Tarikh al-Kabir: Adnan bin Udud bin Al-Maqum bin Nahur bin Tarh bin Ya’rab bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim. Menurut para pakar – sebagaimana yang disebutkan oleh sejarawan Syekh Abdurrahman bin Yahya Al-Yamany –antara Adnan dan Ismail ada sekitar 40 kakek.
Muhammad Saw di Mata Penduduk Makkah
Sejak kecil Muhammad Saw jauh dari tradisi-tradisi jahiliyah dan tidak pernah melakukan penyembahan terhadap tuhan berhala. Namun demikian beliau tetaplah seorang yang santun dan jujur, karenanya beliau terkenal dengan gelar Al-Amien (orang yang terpercaya).
 Muhammad Saw Menjadi Rasul Allah
Turunnya wahyu pertama QS. Al-A’la: 1-5 di gua Hira pada hari Senin di bulan Ramadan pada usia yang ke 40 menjadi awal kerasulan Muhammad saw. Wahyu pertama tersebut berisi: “1) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Yang menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajari (manusia) dengan pena, 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad saw pulang menemui Khadijah dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dirinya. Khadijah menenangkan: “Bergembiralah! Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Demi Allah, engkau ini menghubungkan shilaturrahim (hubungan kerabat), berkata jujur, menanggung beban orang lemah, membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, menolong orang-orang yang ditimpa bencana.”
Khadijah lalu mempertemukannya dengan anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani. Setelah menjelaskan peristiwa yang baru dialaminya di gua Hira, Waraqah menjelaskan bahwa yang datang kepada Muhammad saw itu adalah malaikat yang pernah datang kepada nabi Musa As.
“Andai kata aku masih hidup dan kuat di saat engkau diusir oleh kaummu” kata Waraqah.
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Muhammad Saw. “Ya…,” jawabnya. (lihat HR Bukhari dan Muslim).
 Nabi Muhammad Saw Hijrah ke Madinah 
Nabi Saw hijrah ke Madinah pada tahun ke 13 kenabian yang bertepatan dengan tahun 622 M. Di dalam riwayat Ibnu Ishak dijelaskan bahwa beliau keluar dari rumahnya yang saat itu sedang dikepung oleh pasukan bersenjata kaum musyrik Makkah yang ingin membunuhnya. Lalu Allah Swt menidurkan mereka. Sambil membaca QS. Yasin: 1-9 beliau manaruh pasir di kepala mereka semua, kemudian pergi ke rumah Abu Bakar untuk hijrah bersama ke kota Madinah. Nabi Muhammad saw tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 1 Hijriyah.
 Peperangan Nabi Muhammad Saw
Yang mendasari peperangan nabi Muhammad Saw adalah ayat-ayat berikut :
– “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizhalimi.” (Al-Hajj: 39).
– “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-Baqarah: 190).
Dalam hal ini ada aturan-aturan perang, antara lain: Jangan membunuh anak-anak, orang tua, orang yang menyerah, pendeta dan petugas rumah ibadah yang tidak menyerang, hewan tanpa tujuan maslahat, jangan membunuh dengan cara yang sadis dan berlebihan (Tafsir Ibnu Katsir).
Dari sini jelas bahwa peperangan nabi Muhammad saw adalah sebagai upaya pembelaan terhadap hak, bukan wasilah untuk islamisasi apalagi balas dendam. Adapun jumlah peperangan yang diikutinya ada sebanyak 27 kali.
 Akhlak Nabi Muhammad Saw 
Allah SWT menggambarkan akhlak nabi Muhammad secara umum di dalam QS. Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”
a. Kesabaran Nabi Muhammad Saw
Tidak sedikit beban yang ditanggung oleh nabi Muhammad saw dalam menyebarkan dakwah ajaran yang dibawanya. Ejekan, makian, perlakuan kasar dan ancaman pembunuhan diterimanya dari orang-orang musyrik Makkah. Namun itu semuanya tak membuat kesabarannya luntur.
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Uqbah bin Abu Mu’ith pernah mencampakkan kotoran onta kepada Rasulullah Muhammad saw sementara beliau dalam keadaan sujud. Beliau terus sujud hingga putrinya Fathimah datang membuangnya.
Perlakuan kasar kaum Quraisy semakin bertambah setelah pamannya Abu Thalib dan isterinya Khadijah meninggal dunia pada tahun 10 kerasulan. Karenanya beliau hijrah ke wilayah Thaif. Namun ternyata disini juga beliau tidak diterima, malah penduduk setempat menyuruh anak-anaknya untuk melemparinya dengan batu.
  1. Kasih Sayang Nabi Muhammad Saw
Kasarnya tindakan pengusiran penduduk Thaif terhadap nabi Muhammad saw tidak membuat beliau serta merta mendoakan mereka dengan azab. Tapi justru sebaliknya: “Bahkan saya berharap agar Allah menjadikan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun,” kata beliau saat malaikat penjaga gunung menawarkan kepadanya untuk menimpakan gunung Abu Qubaisy dan gunung yang di sebelahnya kepada penduduk Thaif. (Shahih Bukhari).
Dan bagaimana pun juga kasarnya perlakuan dan azab dari kaum musyrik penduduk Makkah kepadanya dan ummat pengikutnya, tapi itu tak membuatnya dendam kepada mereka di saat pembebasan Makkah pada tahun 8 H. Malah beliau saw memberikan amnesti besar-besaran kepada penduduk Makkah.
 Keistimewaan yang Allah Berikan Kepadanya
a. Lima kelebihan yang tidak diberikan kepada orang sebelumnya
Dari Jabir bin Abdullah ra, nabi Muhammad saw bersabda: “Saya diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum saya;
  • diberi kemenangan dengan rasa takut (yang ditimpakan kepada musuh-musuhku) dalam jarak satu bulan perjalanan,
  • bumi dijadikan tempat shalat dan suci untukku, maka siapa pun di antara ummatku yang mendapatkan waktu shalat hendaklah dia melakukannya,
  • dihalalkan untukku harta ghanimah dan itu tidak dihalalkan kepada orang sebelum saya
  • diberi syafa’at
  • dahulu nabi diutus hanya kepada kaumnya, tetapi saya diutus kepada seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  1. Keistimewaannya di hari kiamat 
Dari Anas ra., nabi Muhammad saw bersabda: “Saya adalah orang pertama yang diberikan syafaat pada hari kiamat nanti, nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat, dan orang pertama yang mengetuk pintu surga” (HR. Muslim).
Keistimewaan lainnya disebutkan di dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Saya adalah pemimpin anak-anak Adam pada hari kiamat nanti, saya orang pertama yang dibangkitkan dari kubur, dan saya orang pertama yang diberi syafaat (oleh Allah) dan orang pertama yang memberi syafaat (kepada ummat manusia).” (HR. Muslim).
 Ibadah Beliau
Aisyah ra. Berkata: Rasulullah saw pernah shalat hingga dua kakinya membengkak. Lalu beliau ditegur, beliau menjawab: “Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?”
 Nabi Muhammad Saw Wafat 
Beliau saw wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah di waktu Dhuha dengan usia 63 tahun.

Kisah Kehidupan Imam Asy-Syafi'i

Kisah Kehidupan Imam Asy-Syafi`i

Di kampung miskin di kota Ghazzah (orang Barat menyebutnya Gaza ) di bumi Palestina, pada th. 150 H (bertepatan dengan th. 694 M) lahirlah seorang bayi lelaki dari pasangan suami istri yang berbahagia, Idris bin Abbas Asy-Syafi`ie dengan seorang wanita dari suku Azad. Bayi lelaki keturunan Quraisy ini akhirnya dinamai Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie . Demikian nama lengkapnya sang bayi itu. Namun kebahagiaan keluarga miskin ini dengan kelahiran bayi tersebut tidaklah berlangsung lama. Karena beberapa saat setelah kelahiran itu, terjadilah peristiwa menyedihkan, yaitu ayah sang bayi meninggal dunia dalam usia yang masih muda. Bayi lelaki yang rupawan itu pun akhirnya hidup sebagai anak yatim.
Kisah Kehidupan Imam Asy-Syafi`i
Sang ibu sangat menyayangi bayinya, sehingga anak yatim Quraisy itu tumbuh sebagai bayi yang sehat. Maka ketika ia telah berusia dua tahun, dibawalah oleh ibunya ke Makkah untuk tinggal di tengah keluarga ayahnya di kampung Bani Mutthalib. Karena anak yatim ini, dari sisi nasab ayahnya, berasal dari keturunan seorang Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam yang bernama Syafi’ bin As-Sa’ib. Dan As-Sa’ib ayahnya Syafi’, sempat tertawan dalam perang Badr sebagai seorang musyrik kemudian
As-Sa’ib menebus dirinya dengan uang jaminan untuk mendapatkan status pembebasan dari tawanan Muslimin. Dan setelah dia dibebaskan, iapun masuk Islam di tangan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Maka nasab bayi yatim ini secara lengkap adalah sebagai berikut: Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Kemudian juga saudara kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , bernama Syifa’, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga melahirkan anak bernama As-Sa’ib, ayahnya Syafi’. Kepada Syafi’ bin As-Sa’ib radliyallahu `anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib, maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda:
“Hanyalah kami (yakni Bani Hasyim) dengan mereka (yakni Bani Mutthalib) berasal dari satu nasab. Sambil beliau menyilang-nyilangkan jari jemari kedua tangan beliau.” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Hilyah nya juz 9 hal. 65 – 66).
Di lingkungan Bani Al-Mutthalib, dia tumbuh menjadi anak lelaki yang penuh vitalitas. Di usia kanak-kanaknya, dia sibuk dengan latihan memanah sehingga di kalangan teman sebayanya, dia amat jitu memanah. Bahkan dari sepuluh anak panah yang dilemparkannya, sepuluh yang kena sasaran, sehingga dia terkenal sebagai anak muda yang ahli memanah. Demikian terus kesibukannya dalam panah memanah sehingga ada seorang ahli kedokteran medis waktu itu yang menasehatinya. Dokter itu menyatakan kepadanya: “Bila engkau terus menerus demikian, maka sangat dikuatirkan akan terkena penyakit luka pada paru-parumu karena engkau terlalu banyak berdiri di bawah panas terik mata hari.” Maka mulailah anak yatim ini mengurangi kegiatan panah memanah dan mengisi waktu dengan belajar bahasa Arab dan menekuni bait-bait sya’ir Arab sehingga dalam sekejab, anak muda dari Quraisy ini menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya dalam usia kanak-kanak. Di samping itu dia juga menghafal Al-Qur’an, sehingga pada usia tujuh tahun telah menghafal di luar kepala Al-Qur’an keseluruhannya. 
Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah. Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas. Ia pun demi kehausan ilmu, akhirnya berangkat dari Makkah menuju Al-Madinah An Nabawiyah guna belajar di halaqah Imam Malik bin Anas di sana. Di majelis beliau ini, si anak yatim tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah. Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga beliau menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.” Dari berbagai pernyataan beliau di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah. Di samping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Beliau banyak pula menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.
Ketika Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Mutthalibi Al-Qurasyi telah berusia dua puluh tahun, dia sudah memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan Ulama’ di jamannya dalam berfatwa dan berbagai ilmu yang berkisar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tetapi beliau tidak mau berpuas diri dengan ilmu yang dicapainya. Maka beliaupun berangkat menuju negeri Yaman demi menyerap ilmu dari para Ulama’nya. Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya. 
Sejak di kota Baghdad, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie mulai dikerumuni para muridnya dan mulai menulis berbagai keterangan agama. Juga beliau mulai membantah beberapa keterangan para Imam ahli fiqih, dalam rangka mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Kitab fiqih dan Ushul Fiqih pun mulai ditulisnya. Popularitas beliau di dunia Islam yang semakin luas menyebabkan banyak orang semakin kagum dengan ilmunya sehingga orang pun berbondong-bondong mendatangi majelis ilmu beliau untuk menimba ilmu. Tersebutlah tokoh-tokoh ilmu agama ini yang mendatangi majelis beliau untuk menimba ilmu padanya seperti Abu Bakr Abdullah bin Az-Zubair Al-Humaidi (beliau ini adalah salah seorang guru Al-Imam Al-Bukhari), Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam, Ahmad bin Hanbal (yang kemudian terkenal dengan nama Imam Hanbali), Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Ya’qub Yusuf Al-Buaithi, Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalbi, Harmalah bin Yahya, Musa bin Abil Jarud Al-Makki, Abdul Aziz bin Yahya Al-Kinani Al-Makki (pengarang kitab Al-Haidah ), Husain bin Ali Al-Karabisi (beliau ini sempat di tahdzir oleh Imam Ahmad karena berpendapat bahwa lafadh orang yang membaca Al-Qur’an adalah makhluq), Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizami, Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani, Ahmad bin Muhammad Al-Azraqi, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu yang lainnya. Dari murid-murid beliau di Baghdad, yang paling terkenal sangat mengagumi beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal atau terkenal dengan gelar Imam Hanbali.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Mizzi dengan sanadnya bersambung kepada Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (putra Imam Hanbali). Beliau menceritakan: “Aku pernah bertanya kepada ayahku: <Wahai ayah, siapa sesungguhnya As-Syafi`ie itu, karena aku terus-menerus mendengar ayah mendoakannya?> Maka ayahku menjawab: <Wahai anakku, sesungguhnya As-Syafi`ie itu adalah bagaikan matahari untuk dunia ini, dan ia juga sebagai kesejahteraan bagi sekalian manusia. Maka silakan engkau cari, adakah orang yang seperti beliau dalam dua fungsi ini (yakni fungsi sebagai matahari dan kesejahteraan) dan adakah pengganti fungsi beliau tersebut?>.” Diriwayatkan pula bahwa Sulaiman bin Al-Asy’ats menyatakan: “Aku melihat bahwa Ahmad bin Hanbal tidaklah condong kepada seorangpun seperti condongnya kepada As-Syafi`ie.” Al-Maimuni meriwayatkan bahwa Imam Hanbali menyatakan: “Aku tidak pernah meninggalkan doa kepada Allah di sepertiga terakhir malam untuk enam orang. Salah satunya ialah untuk As-Syafi`ie.” Diriwayatkan pula oleh Imam Shalih bin Ahmad bin Hanbal (putra Imam Hanbali): “Pernah ayahku berjalan di samping keledai yang ditumpangi Imam Syafi`ie untuk bertanya-tanya ilmu kepadanya. Maka melihat demikian, Yahya bin Ma’ien sahabat ayahku mengirim orang untuk menegur beliau. Yahya menyatakan kepadanya: <Wahai Aba Abdillah ( kuniah bagi Imam Hanbali), mengapa engkau ridla untuk berjalan dengan keledainya As-Syafi`ie?>. Maka ayah pun menyatakan kepada Yahya: <Wahai Aba Zakaria ( kuniah bagi Yahya bin Ma’ien), seandainya engkau berjalan di sisi lain dari keledai itu, niscaya akan lebih bermanfaat bagimu>.”
PPC Iklan Blogger Indonesia
Di samping Imam Hanbali yang sangat mengaguminya, juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh nya dengan sanadnya dari Abu Tsaur. Dia menceritakan: “Abdurrahman bin Mahdi pernah menulis surat kepada As-Syafi`ie, dan waktu itu As-Syafi`ie masih muda belia. Dalam surat itu Abdurrahman meminta kepadanya untuk menuliskan untuknya sebuah kitab yang terdapat padanya makna-makna Al Qur’an, dan juga mengumpulkan berbagai macam tingkatan hadits, keterangan tentang kedudukan ijma’ (kesepakatan Ulama’) sebagai hujjah / dalil, keterangan hukum yang nasikh (yakni hukum yang menghapus hukum lainnya) dan hukum yang mansukh (yakni hukum yang telah dihapus oleh hukum yang lainnya), baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Maka As-Syafi`ie muda menuliskan untuknya kitab Ar-Risalah dan kemudian dikirimkan kepada Abdurrahman bin Mahdi. Begitu membaca kitab Ar-Risalah ini, Abdurrahman menjadi sangat kagum dan sangat senang kepada As-Syafi`ie sehingga beliau menyatakan: “Setiap aku shalat, aku selalu mendoakan As-Syafi`ie.” Kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi`ie akhirnya menjadi kitab rujukan utama bagi para Ulama’ dalam ilmu Ushul Fiqih sampai hari ini. Pujian para Ulama’ dan kekaguman mereka bukan saja datang dari orang-orang yang seangkatan dengan beliau dalam ilmu, akan tetapi datang pula pujian itu dari para Ulama’ yang menjadi guru beliau. Antara lain ialah Sufyan bin Uyainah, salah seorang guru beliau yang sangat dikaguminya. Sebaliknya Sufyan pun sangat mengagumi Imam As-Syafi`ie, sampai diceritakan oleh Suwaid bin Saied sebagai berikut: “Aku pernah duduk di majelis ilmunya Sufyan bin Uyainah. As-Syafi`ie datang ke majelis itu, masuk sembari mengucapkan salam dan langsung duduk untuk mendengarkan Sufyan yang sedang menyampaikan ilmu. Waktu itu Sufyan sedang membaca sebuah hadits yang sangat menyentuh hati. Betapa lembutnya hati beliau saat mendengar hadits itu menyebabkan As-Syafi`ie mendadak pingsan. Orang-orang di majelis itu menyangka bahwa As-Syafi`ie meninggal dunia sehingga peristiwa ini dilaporkan kepada Sufyan: <Wahai Aba Muhammad (kuniah bagi Sufyan bin Uyainah), Muhammad bin Idris telah meninggal dunia>. Maka Sufyan pun menyatakan: <Bila memang dia meninggal dunia, maka sungguh telah meninggal orang yang terbaik bagi ummat ini di jamannya>.” Demikian pujian para Ulama’ yang sebagiannya kami nukilkan dalam tulisan ini untuk menggambarkan kepada para pembaca sekalian betapa beliau sangat tinggi kedudukannya di kalangan para Ulama yang sejaman dengannya. Apalagi tentunya para ulama’ yang sesudahnya.
Imam As-Syafi`ie tinggal di Baghdad hanya dua tahun. Setelah itu beliau pindah ke Mesir dan tinggal di sana sampai beliau wafat pada th. 204 H dan usia beliau ketika wafat 54 th. Beliau telah meninggalkan warisan yang tak ternilai, yaitu ilmu yang beliau tulis di kitab Ar-Risalah dalam ilmu Ushul Fiqih. Di samping itu beliau juga menulis kitab Musnad As-Syafi`ie , berupa kumpulan hadits Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam yang diriwayatkan oleh beliau; dan kitab Al-Um berupa kumpulan keterangan beliau dalam masalah fiqih. Sebagaimana Al-Um , kumpulan riwayat keterangan Imam As Syafi`ie dalam fiqih juga disusun oleh Al-Imam Al-Baihaqi dan diberi nama Ma’rifatul Aatsar was Sunan . Al-Imam Abu Nu’aim Al-Asfahani membawakan beberapa riwayat nasehat dan pernyataan Imam As-Syafi`ie dalam berbagai masalah yang menunjukkan pendirian Imam As-Syafi`ie dalam memahami agama ini. Beberapa riwayat Abu Nu’aim tersebut kami nukilkan sebagai berikut :
Imam As-Syafi`ie menyatakan: “Bila aku melihat Ahli Hadits, seakan aku melihat seorang dari Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Al-Hilyah nya juz 9 hal. 109)
Ini menunjukkan betapa tinggi penghargaan beliau kepada para Ahli Hadits.
Imam As-Syafi`ie menyatakan: “Sungguh seandainya seseorang itu ditimpa dengan berbagai amalan yang dilarang oleh Allah selain dosa syirik, lebih baik baginya daripada dia mempelajari ilmu kalam.” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Al-Hilyah nya juz 9 hal. 111)
Beliau menyatakan juga: “Seandainya manusia itu mengerti bahaya yang ada dalam Ilmu Kalam dan hawa nafsu, niscaya dia akan lari daripadanya seperti dia lari dari macan.”
Ini menunjukkan betapa anti patinya beliau terhadap Ilmu Kalam, suatu ilmu yang membahas perkara Tauhid dengan metode pembahasan ilmu filsafat. Diriwayatkan oleh Ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa dia menyatakan: Aku mendengar As-Syafi`ie berkata:
“Barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk, maka sungguh dia telah kafir.” ((HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Al-Hilyah nya juz 9 hal. 113)
Diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim Al-Asfahani bahwa Al-Imam As-Syafi`ie telah mengkafirkan seorang tokoh ahli Ilmu Kalam yang terkenal dengan nama Hafs Al-Fardi, karena dia menyatakan di hadapan beliau bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk. Demikian tegas Imam As-Syafi`ie dalam menilai mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Dan memang para Ulama’ Ahlis Sunnah wal Jama’ah telah sepakat untuk mengkafirkan siapa yang meyakini bahwa Al-Qur’an itu makhluk.
Al-Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan pula dengan sanadnya dari Al-Buwaithie yang menyatakan: “Aku bertanya kepada As-Syafi`ie: <Bolehkah aku shalat di belakang imam yang Rafidli?> Maka beliau pun menjawabnya: <Jangan engkau shalat di belakang imam yang Rafidli, ataupun Qadari ataupun Murji’ie>. Akupun bertanya lagi kepada beliau: <Terangkan kepadaku tentang siapakah masing-masing dari mereka itu?> Maka beliau pun menjawab: <Barang siapa yang mengatakan bahwa iman itu hanya perkataan lisan dan hati belaka, maka dia itu adalah murji’ie; barangsiapa yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar itu bukan Imamnya Muslimin, maka dia itu adalah rafidli. Barangsiapa yang mengatakan bahwa kehendak berbuat itu sepenuhnya dari dirinya (yakni tidak meyakini bahwa kehendak berbuat itu diciptakan oleh Allah ), maka dia itu adalah qadari>.” 
Demikian Imam As-Syafi`i mengajarkan sikap terhadap Ahlil Bid’ah seperti yang disebutkan contohnya dalam pernyataan beliau, yaitu orang-orang yang mengikuti aliran Rafidlah yang di Indonesia sering dinamakan Syi’ah. Aliran Syiah terkenal dengan sikap kebencian mereka kepada para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , khususnya Abu Bakar dan Umar. Di samping Rafidlah, masih ada aliran bid’ah lainnya seperti Qadariyah yaitu aliran pemahaman yang menolak beriman kepada rukun iman yang keenam (yaitu keimanan kepada adanya taqdir Allah Ta`ala). Juga aliran Murji’ah yang menyatakan bahwa iman itu hanya keyakinan yang ada di hati dan amalan itu tidak termasuk dari iman. Murji’ah juga menyatakan bahwa iman itu tidak bertambah dengan perbuatan ketaatan kepada Allah dan tidak pula berkurang dengan kemaksiatan kepada Allah. Semua ini adalah pemikiran sesat, yang menjadi alasan bagi Imam As-Syafi`ie untuk melarang orang shalat di belakang imam yang berpandangan dengan salah satu dari pemikiran-pemikiran sesat ini.
Imam As-Syafi`ie juga amat keras menganjurkan ummat Islam untuk jangan ber taqlid (yakni mengikut dengan membabi buta) kepada seseorang pun sehingga meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah ketika pendapat orang yang diikutinya itu menyelisihi pendapat keduanya. Hal ini dinyatakan oleh beliau dalam beberapa pesan sebagai berikut:
Al-Hafidh Abu Nu`aim Al-Asfahani meriwayatkan dalam Hilyah nya dengan sanad yang shahih riwayat Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, katanya: “Ayahku telah menceritakan kepadaku bahwa Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie berkata: <Wahai Aba Abdillah (yakni Ahmad bin Hanbal), engkau lebih mengetahui hadits-hadits shahih dari kami. Maka bila ada hadits yang shahih, beritahukanlah kepadaku sehingga aku akan bermadzhab dengannya. Sama saja bagiku, apakah perawinya itu orang Kufah, ataukah orang Basrah, ataukah orang Syam>.” 
Demikianlah para Ulama’ bersikap tawadlu’ sebagai kepribadian utama mereka. Sehingga tidak menjadi masalah bagi mereka bila guru mengambil manfaat dari muridnya dan muridnya yang diambil manfaat oleh gurunya tidak pula kemudian menjadi congkak dengannya. Tetap saja sang murid mengakui dan mengambil manfaat dari gurunya, meskipun sang guru mengakui di depan umum tentang ketinggian ilmu si murid. Guru-guru utama Imam Asy Syafi`ie, Imam Malik dan Imam Sufyan bin Uyainah, dengan terang-terangan mengakui keutamaan ilmu As-Syafi`ie. Bahkan Imam Sufyan bin Uyainah banyak bertanya kepada Imam Asy-Syafi`ie saat Imam Syafi’ie ada di majelisnya. Padahal Imam Asy-Syafi`ie duduk di majelis itu sebagai salah satu murid beliau, dan bersama para hadirin yang lainnya, mereka selalu mengerumuni Imam Sufyan untuk menimba ilmu daripadanya. Tetapi meskipun demikian, Imam Syafi`ie tidak terpengaruh oleh sanjungan gurunya. Beliau tetap mendatangi majelis gurunya dan memuliakannya. Di samping itu, hal yang amat penting pula dari pernyataan Imam Asy-Syafi`ie kepada Imam Ahmad bin Hanbal tersebut di atas, menunjukkan kepada kita betapa kuatnya semangat beliau dalam merujuk kepada hadits shahih untuk menjadi pegangan dalam bermadzhab, dari manapun hadits shahih itu berasal.
Imam Asy-Syafi`ie menyatakan pula: “Semua hadits yang dari Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam maka itu adalah sebagai omonganku. Walaupun kalian tidak mendengarnya dariku.” 
Demikian beliau memberikan patokan kepada para murid beliau, bahwa hadits shahih itu adalah dalil yang sah bagi segala pendapat dalam agama ini. Maka pendapat dari siapapun bila menyelisihi hadits yang shahih, tentu tidak akan bisa menggugurkan hadits shahih itu. Bahkan sebaliknya, pendapat yang demikianlah yang harus digugurkan dengan adanya hadits shahih yang menyelisihinya.

Sumber : http://satupedang.blogspot.com/2015/02/kisah-kehidupan-imam-asy-syafii.html#ixzz4bf3jLB3k

Asmaul Husna

Asmaul Husna merujuk kepada nama-nama, sebutan, gelar, sekaligus sifat-sifat Allah SWT yang indah dan baik. Istilah Asmaul Husna juga dikemukakan oleh Allah SWT dalam Surat Thaha:8 yang artinya:


"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8).

Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Baqara:31 dan Al-Ar'raaf:130, sebagai berikut:

"Milik Allahlah nama-nama yang indah, dan mohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut" (Al-A'raaf:180)
"Dia telah mengajari Adam seluruh nama" (Q.S Al-Baqarah:31)

Nama Allah yang mulia dan agung tersebut merupakan kebesaran dan kekuasaan Allah, sebagai pencipta serta pemelihara alam semesta beserta segala isinya ini. Bagi seorang muslim salah satu cara mengenal Allah adalah dengan mempelajari sifat-sifat Allah serta mengenal 99 asma Allah (99 nama Allah).
Berikut 99 Asmaul Husna (99 nama baik allah) beserta Arti nama allah dalam bahasa indonesia:
No
Nama
Indonesia
Arab
Allah
Allah
الله
1
Ar Rahman
Allah Yang Maha Pengasih
الرحمن
2
Ar Rahiim
Allah Yang Maha Penyayang
الرحيم
3
Al Malik
Allah Yang Maha Merajai (bisa di artikan Raja dari semua Raja)
الملك
4
Al Quddus
Allah Yang Maha Suci
القدوس
5
As Salaam
Allah Yang Maha Memberi Kesejahteraan
السلام
6
Al Mu`min
Allah Yang Maha Memberi Keamanan
المؤمن
7
Al Muhaimin
Allah Yang Maha Mengatur
المهيمن
8
Al `Aziiz
Allah Yang Maha Perkasa
العزيز
9
Al Jabbar
Allah Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
الجبار
10
Al Mutakabbir
Allah Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
المتكبر
11
Al Khaliq
Allah Yang Maha Pencipta
الخالق
12
Al Baari`
Allah Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
البارئ
13
Al Mushawwir
Allah Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
المصور
14
Al Ghaffaar
Allah Yang Maha Pengampun
الغفار
15
Al Qahhaar
Allah Yang Maha Menundukkan / Menaklukkan Segala Sesuatu
القهار
16
Al Wahhaab
Allah Yang Maha Pemberi Karunia
الوهاب
17
Ar Razzaaq
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki
الرزاق
18
Al Fattaah
Allah Yang Maha Pembuka Rahmat
الفتاح
19
Al `Aliim
Allah Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
العليم
20
Al Qaabidh
Allah Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
القابض
21
Al Baasith
Allah Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
الباسط
22
Al Khaafidh
Allah Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
الخافض
23
Ar Raafi`
Allah Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
الرافع
24
Al Mu`izz
Allah Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
المعز
25
Al Mudzil
Allah Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
المذل
26
Al Samii`
Allah Yang Maha Mendengar
السميع
27
Al Bashiir
Allah Yang Maha Melihat
البصير
28
Al Hakam
Allah Yang Maha Menetapkan
الحكم
29
Al `Adl
Allah Yang Maha Adil
العدل
30
Al Lathiif
Allah Yang Maha Lembut
اللطيف
31
Al Khabiir
Allah Yang Maha Mengenal
الخبير
32
Al Haliim
Allah Yang Maha Penyantun
الحليم
33
Al `Azhiim
Allah Yang Maha Agung
العظيم
34
Al Ghafuur
Allah Yang Maha Memberi Pengampunan
الغفور
35
As Syakuur
Allah Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
الشكور
36
Al `Aliy
Allah Yang Maha Tinggi
العلى
37
Al Kabiir
Allah Yang Maha Besar
الكبير
38
Al Hafizh
Allah Yang Maha Memelihara
الحفيظ
39
Al Muqiit
Allah Yang Maha Pemberi Kecukupan
المقيت
40
Al Hasiib
Allah Yang Maha Membuat Perhitungan
الحسيب
41
Al Jaliil
Allah Yang Maha Luhur
الجليل
42
Al Kariim
Allah Yang Maha Pemurah
الكريم
43
Ar Raqiib
Allah Yang Maha Mengawasi
الرقيب
44
Al Mujiib
Allah Yang Maha Mengabulkan
المجيب
45
Al Waasi`
Allah Yang Maha Luas
الواسع
46
Al Hakim
Allah Yang Maha Bijaksana
الحكيم
47
Al Waduud
Allah Yang Maha Mengasihi
الودود
48
Al Majiid
Allah Yang Maha Mulia
المجيد
49
Al Baa`its
Allah Yang Maha Membangkitkan
الباعث
50
As Syahiid
Allah Yang Maha Menyaksikan
الشهيد
51
Al Haqq
Allah Yang Maha Benar
الحق
52
Al Wakiil
Allah Yang Maha Memelihara
الوكيل
53
Al Qawiyyu
Allah Yang Maha Kuat
القوى
54
Al Matiin
Allah Yang Maha Kokoh
المتين
55
Al Waliyy
Allah Yang Maha Melindungi
الولى
56
Al Hamiid
Allah Yang Maha Terpuji
الحميد
57
Al Muhshii
Allah Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung Segala Sesuatu)
المحصى
58
Al Mubdi`
Allah Yang Maha Memulai
المبدئ
59
Al Mu`iid
Allah Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
المعيد
60
Al Muhyii
Allah Yang Maha Menghidupkan
المحيى
61
Al Mumiitu
Allah Yang Maha Mematikan
المميت
62
Al Hayyu
Allah Yang Maha Hidup
الحي
63
Al Qayyuum
Allah Yang Maha Mandiri
القيوم
64
Al Waajid
Allah Yang Maha Penemu
الواجد
65
Al Maajid
Allah Yang Maha Mulia
الماجد
66
Al Wahid
Allah Yang Maha Tunggal
الواحد
67
Al Ahad
Allah Yang Maha Esa
الاحد
68
As Shamad
Allah Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
الصمد
69
Al Qaadir
Allah Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
القادر
70
Al Muqtadir
Allah Yang Maha Berkuasa
المقتدر
71
Al Muqaddim
Allah Yang Maha Mendahulukan
المقدم
72
Al Mu`akkhir
Allah Yang Maha Mengakhirkan
المؤخر
73
Al Awwal
Allah Yang Maha Awal
الأول
74
Al Aakhir
Allah Yang Maha Akhir
الأخر
75
Az Zhaahir
Allah Yang Maha Nyata
الظاهر
76
Al Baathin
Allah Yang Maha Ghaib
الباطن
77
Al Waali
Allah Yang Maha Memerintah
الوالي
78
Al Muta`aalii
Allah Yang Maha Tinggi
المتعالي
79
Al Barru
Allah Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
البر
80
At Tawwaab
Allah Yang Maha Penerima Tobat
التواب
81
Al Muntaqim
Allah Yang Maha Pemberi Balasan
المنتقم
82
Al Afuww
Allah Yang Maha Pemaaf
العفو
83
Ar Ra`uuf
Allah Yang Maha Pengasuh
الرؤوف
84
Malikul Mulk
Allah Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
مالك الملك
85
Dzul Jalaali Wal Ikraam
Allah Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
ذو الجلال و الإكرام
86
Al Muqsith
Allah Yang Maha Pemberi Keadilan
المقسط
87
Al Jamii`
Allah Yang Maha Mengumpulkan
الجامع
88
Al Ghaniyy
Allah Yang Maha Kaya
الغنى
89
Al Mughnii
Allah Yang Maha Pemberi Kekayaan
المغنى
90
Al Maani
Allah Yang Maha Mencegah
المانع
91
Ad Dhaar
Allah Yang Maha Penimpa Kemudharatan
الضار
92
An Nafii`
Allah Yang Maha Memberi Manfaat
النافع
93
An Nuur
Allah Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
النور
94
Al Haadii
Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk
الهادئ
95
Al Badii
Allah Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
البديع
96
Al Baaqii
Allah Yang Maha Kekal
الباقي
97
Al Waarits
Allah Yang Maha Pewaris
الوارث
98
Ar Rasyiid
Allah Yang Maha Pandai
الرشيد
99
As Shabuur
Allah Yang Maha Sabar
الصبور

Pengertian Asmaul Husna

Arti secara Bahasa dan Istilah

Kata asmaul husna berasal dari bahasa arab Al-Asmaau yang memiliki arti nama-nama, beberapa nama dan al-Husnaa yang berarti yang baik, yang indah. Sedang Menurut istilah, asmaul husna berarti nama-nama yang indah bagi Allah. Asmaul Husna hanya layak disandang oleh Allah SWT, sesuai kebesaran dan keagungan-Nya. Asmaul husna Allah bersifat sempurna, sedangkan nama-nama baik bagi manusia banyak memiliki kelemahan.
asmaul husna artinya, al asmaul husna, arti asmaul husna, 99 asmaul husna, nama asmaul husna, pengertian asmaul husna, ayat asmaul husna
nama-nama yang baik bagi Allah

Sejarah Diturunkan Ayat tentang Asmaul Husna

Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah melakukan shalat di Mekah dan berdoa dengan kata-kata: "Ya Rahman, Ya Rahim". kemudian Doa tersebut terdengar oleh sebagian kaum musyrikin. saat itu kamu musyrikin berkata, "Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! dia melarang kita menyeru dua Tuhan, dan ia sendiri menyeru dua Tuhan".

Baca Juga : 20 Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah (Beserta Dalil)

Dari adanya ucapan tersebut, turunlah Surat Al-Isra:110:

 قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا 

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalat mu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".(Q.S. Al-Isra:110)

Baca Juga : Perbedaan Nabi dan Rasul

Berdasarkan Surat Al-Isra:110, kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah, menyebut nama Allah dan Ar-Rahman karena sepengetahuan mereka di daerah Yamamah ada orang yang mempunyai nama Rahman. Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110, hal tersebut mematahkan dugaan mereka (kaum musyrikin). kemudian Pada ayat lain, Allah SWT berfirman:

 وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

"Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". (Q.S. Al-A’raf:180).

Ayat diatas mengajarkan kepada kita agar menyebut nama Allah SWT dengan nama kebesaranNya, yakni dengan asmaul husna.


Setelah anda mengetahui nama-nama yang baik bagi allah / 99 Asmaul Husna beserta artinya, sekarang tugas anda adalah meng iman ni atau mempercayai kebesaran Allah tersebut dengan segala sifatnya. akhir kata sekian Artikel tentang 99 Asmaul Husna (Lengkap Arti dan Penjelasan), semoga bermanfaat bagi Sobat MARKIJAR.Com

Pentingnya Kerjasama dalam Kehidupan

Pentingnya Kerjasama dalam Kehidupan  Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan bantuan dari orang lain, manusia tidak bisa...